info@uinkhas.ac.id (0331) 487550

Wakil Rektor III UIN KHAS Jember Beri Pembinaan BCB-DN: Meneguhkan Motivasi dan Mengasah Kemampuan Public Speaking Mahasiswa

Home >Berita >Wakil Rektor III UIN KHAS Jember Beri Pembinaan BCB-DN: Meneguhkan Motivasi dan Mengasah Kemampuan Public Speaking Mahasiswa
Diposting : Kamis, 20 Nov 2025, 17:36:43 | Dilihat : 61 kali
Wakil Rektor III UIN KHAS Jember Beri Pembinaan BCB-DN: Meneguhkan Motivasi dan Mengasah Kemampuan Public Speaking Mahasiswa


Humas - Ruang Rapat Rektorat lantai 1 UIN KHAS Jember terasa lebih hidup pada Kamis pagi, 20 November 2025. Tepat pukul 09.00 WIB, Wakil Rektor III UIN KHAS Jember, Dr. Khoirul Faizin, M.Ag., memulai sesi pembinaan bagi para penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS Dalam Negeri (BCB-DN) angkatan 6 dan 7. Hadir pula Kabag dan Kasubag Akademik, memberi dukungan penuh bagi 24 mahasiswa yang memperoleh kesempatan langka tersebut. Suasana yang hangat namun akademik menjadi pembuka yang ideal bagi sesi mentoring yang tidak hanya memuat dorongan moral, tetapi juga materi yang amat relevan dengan kebutuhan mahasiswa masa kini.

Pada awal pembinaan, Dr. Faizin memberikan dorongan motivasi yang menjadi landasan penting bagi para mahasiswa penerima beasiswa. Ia mengingatkan bahwa menerima BCB-DN tidak hanya berarti memperoleh bantuan pembiayaan studi, tetapi juga menerima amanah untuk menjadi pribadi yang unggul. Ia mendorong mahasiswa agar terus menjaga semangat akademik, memanfaatkan kesempatan belajar seoptimal mungkin, serta mengembangkan kompetensi diri melalui berbagai ruang aktualisasi. Ia menyampaikan bahwa mahasiswa penerima beasiswa harus mampu tampil lebih siap, lebih berkarakter, dan lebih produktif, karena mereka memikul harapan besar untuk menjadi wajah kemajuan kampus dan bangsa.

Setelah memberikan penguatan motivasi, Dr. Khoirul Faizin beralih pada materi utama, yakni public speaking, sebuah keterampilan yang, menurutnya, merupakan “modal penting mahasiswa abad ini.” Penyampaiannya mengalir dan komunikatif, sesekali diselingi contoh situasional yang membuat para mahasiswa merasa dekat dan terlibat. Ia membuka materinya dengan menjelaskan bahwa public speaking adalah seni menyampaikan gagasan secara efektif di hadapan audiens.

“Public speaking bukan hanya soal berani berbicara,” ujarnya, “tetapi bagaimana kata-kata itu tepat, emosinya terjaga, dan suasana yang kita bangun mampu membuat pendengar menangkap maksud kita.”
Menurut Dr. Faizin, kemampuan berbicara di depan umum membutuhkan lebih dari sekadar keberanian. Ia menekankan bahwa ketepatan pesan dan kepekaan terhadap karakter audiens menjadi syarat utama.

“Kita harus tahu kepada siapa kita berbicara,” katanya, “karena pesan yang baik adalah pesan yang sampai.”

Ia kemudian menjelaskan tujuan public speaking yang menurutnya berkaitan dengan tiga ranah penting yakni menyampaikan informasi secara terang dan terstruktur, menginspirasi audiens melalui cerita dan gagasan yang menggerakkan, serta mempersuasi pendengar agar memahami bahkan mengikuti ajakan yang disampaikan. Ketiga tujuan ini, ujarnya, harus dapat dirangkai oleh seorang pembicara agar komunikasi yang terjadi bukan hanya formalitas, melainkan proses memindahkan gagasan secara utuh dari pikiran pembicara ke pikiran pendengar.

Di dalam materinya, Dr. Faizin juga memaparkan betapa besar manfaat public speaking bagi mahasiswa. Kemampuan berbicara di depan umum bukan hanya menambah kepercayaan diri, tetapi juga membentuk kapasitas leadership, kecakapan berpikir runtut, dan kemampuan menyusun pesan yang efektif. Ia menggambarkan public speaking sebagai keterampilan yang mampu membuka pintu-pintu peluang, dari dunia akademik hingga profesional, sebab mereka yang mampu berbicara dengan baik cenderung lebih mudah meyakinkan, lebih mudah dipahami, dan lebih mudah diterima dalam berbagai konteks sosial.

Dr. Faizin menekankan pentingnya penguasaan suara sebagai fondasi awal.
“Intonasi, tempo, dan volume itu bukan hiasan,” ujarnya, “melainkan penentu seberapa kuat pesan kita diterima audiens.”

Ia kemudian berbicara tentang kontak mata yang ia sebut sebagai “jembatan psikologis” antara pembicara dan pendengar. Menurutnya, gesture tubuh juga harus hadir sebagai penguat makna.

Dalam bagian lain, ia menyinggung pentingnya struktur pesan yang teratur, mulai dari pembukaan yang memikat, isi yang logis, hingga penutup yang kuat dan membekas.

“Kalau awalnya tidak menarik, orang sudah kehilangan Anda sebelum Anda mulai,” ujarnya sembari tersenyum.

Di sela-sela materinya, ia kembali menegaskan bahwa storytelling adalah unsur yang membuat public speaking memiliki nyawa.

“Manusia itu lebih mudah tersentuh oleh cerita daripada konsep yang abstrak,” katanya. “Karena itu, pembicara yang baik bukan hanya menyampaikan, tetapi menghidupkan pesannya.”

Sebagai penutup materi, Dr. Faizin merangkum bahwa seorang pembicara ideal adalah mereka yang mampu menyampaikan, menginspirasi, dan mempersuasi. Baginya, tiga unsur ini merupakan inti dari public speaking yang efektif. Sebuah pidato, presentasi, atau percakapan publik yang baik tidak berhenti pada transfer informasi, tetapi turut menggerakkan hati dan pikiran pendengar. Karena itu, ia menegaskan bahwa public speaking bukan bakat bawaan, melainkan keterampilan yang diasah melalui keberanian, latihan berulang, dan kemauan untuk berkembang. 

Penulis: Atiyatul Mawaddah
Editor: Munirotun Naimah 

;