Santri dan Jihad Pengembangan Ekonomi Kreatif
Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM
Rektor UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
Dua minggu sebelum puncak perayaan Hari Santri Tahun 2023, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas telah meluncurkan logo peringatan Hari Santri dengan mengusung tema “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Peluncuran ini menandakan dimulainya rangkaian hajat tahunan para santri di seluruh Indonesia, hingga puncaknya pada 22 Oktober 2023.
Rangkaian peringatan Hari Santri ini meneguhkan pengakuan negara terhadap pesantren yang telah ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 2015.
Tema hari santri tahun 2023 ini sangat relevan dengan realitas kehidupan saat ini. Jihad Santri Jayakan Negeri setidaknya menjadi pemantik untuk terus berkontribusi membangun negeri dengan kapasitas yang dimiliki.
Pada tulisan ini, saya memfokuskan pada kaitan pesantren dan ekonomi kreatif. Kaitannya dengan dunia pesantren, tidak diragukan bahwa dunia pesantren sudah lama mengembangkan kreatifitas dan inovasi yang tak pernah berhenti.
Dari sisi kelembagaannya, pesantren tampil mengesankan karena mampu bertahan menghadapi tantangan global. Dari sistem pendidikan yang dijalankan, pesantren tak pernah kehabisan metode untuk menyesuaikan dengan pembangunan. Dari sisi infrastruktur, pesantren tak pernah berhenti untuk memperluas akses dan menguatkan relevansi dengan kehidupan masyarakat. Singkatnya, pesantren dapat bertahan sampai hari ini dengan segala perkembangannya, inovasi, kreasi, dan penguatan keterampilan serta kemandirian.
Dalam konteks pengembangan gagasan tentang keterampilan (vocational) di dunia pesantren, sejatinya telah lama dipraktikkan. Tantangan hidup setelah mengenyam pendidikan di pesantren, telah dibaca oleh eksponen pesantren untuk diantisipasi. Karena itu, kemandirian santri menjadi perhatian khusus sehingga lembaga pesantren memperkenalkan dan menyiapkan pelatihan-pelatihan keterampilan yang diharapkan menjadi modal ekonomi kreatif.
Warisan keterampilan yang melekat pada lingkungan pesantren, menjadi titik awal modal besar untuk mengembangkan bakat dan minat serta keterampilan yang berkaitan dengan dunia ekonomi kreatif. Kaitannya dengan hal ini, etos kerja keras menjadi modal utama bagi insan pesantren untuk ikut menyukseskan pemerintah dalam pengembangan ekonomi dan industri kreatif. Mental kemandirian yang dimiliki santri tidak diragukan lagi. Para santri adalah representasi dari keunggulan sumber daya manusia yang memiliki jiwa creative-preneur. Mereka mengembangkan bakatnya melalui seni kerajinan, aspek kewirausahaan, dan seni pertunjukan.
Keunggulan ini ditopang secara kelembagaan oleh pesantren dengan menyediakan unit-unit usaha teknis produktif yang kreatif seperti koperasi pesantren (kopontren), penerbitan, halal lifestyle, fashion, budidaya ternak, sayur-mayur, dan pelbagai jenis kewirausahaan lainnya. Mental inilah yang menjadi kelebihan dunia pesantren untuk selanjutnya digarap dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Sebagaimana diketahui, pesantren didirikan dari dan untuk masyarakat. Pesantren dikenal lebih dekat dengan lingkungan pedesaan. Karenanya, pengembangan ekonomi kreatif di dunia pesantren bukanlah isapan jempol belaka, melainkan modal besar untuk menggaet dan menumbuhkan ekonomi produktif di daerah-daerah pedesaan.
Terkait dengan kontribusi pesantren untuk umat, sayas telah menuliskan dalam buku saya yang berjudul “Dari Pesantren Untuk Umat: Reinventing Eksistensi Pesantren di Era Globalisasi” yang diterbitkan oleh Penerbit Imtiyaz tahun 2011. Saya mengusulkan sebuah konsep yang sangat kontekstual agar pesantren menerapkan link and match dalam kurikulumnya. Artinya, harus terdapat kesesuaian antara pendidikan pesantren dan kebutuhan dunia kerja.
Dengan kata lain, antara fiqh-based education dan scientific-based education harus terjalin secara seimbang. Prinsip ini yang saya maksud dengan pengejewantahan dari kredo yang sangat bagus itu, _al-muhafadlatu ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah_ (mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik).
Gagasan di atas relevan dengan tema hari Santri tahun 2023 ini, yang dalam salah satu filosofi logonya ditunjukkan dengan Goresan Tinta, yang mengandung makna jihad santri zaman ini adalah mengembangkan ilmu pengetahuan pesantren dengan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri.
Dengan kata lain, kaum santri dan pesantren secara kelembagaan, saat ini tengah mapan dan kokoh dengan segala piranti yang dimiliki untuk terus berkontribusi bagi kemajuan negeri. Kaum santri saat ini tidak lagi ketinggalan zaman. Kaum santri saat ini juga tidak melulu menguasai ilmu agama. Kaum santri saat ini sudah melek teknologi. Bahkan, kemandirian pesantren saat ini sudah sangat nampak dari semua sisi. Kemandirian ini menunjukkan bahwa pesantren saat ini memiliki sumber daya ekonomi yang kuat, begitu juga sumber daya manusia yang unggul, berkarakter, dan bermartabat.
Dengan sangat optimis, saya meyakini bahwa pesantren mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk terus menghasilkan manusia yang berkualitas, berpengetahuan luas, berpikiran maju, berwawasan kebangsaan yang kuat dan dibingkai dengan keimanan dan ketakwaan sebagai motivasi utamanya. Itulah gambaran santri saat ini. Kita terus berharap, dengan perayaan hari santri tahun 2023, kaum pesantren terus maju dan berkontribusi untuk negeri.