Peringati Hardiknas, Rektor UIN KHAS Jember Tawarkan Empat Model Pendidikan Islam Masa Depan
Humas – Momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Indonesia sesungguhnya menyegarkan kembali semangat bangsa Indonesia dalam meraih kualitas sumber daya manusia yang lebih baik dan bermartabat.
Diketahui, bahwa penetapan Hardiknas yang biasa diperingati setiap tahunnya ini bertepatan dengan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara atau akrab dikenal sebagai Bapak Pendidikan di Indonesia.
Julukan itu disebut-sebut, sebagai bentuk terimakasih bangsa Indonesia kepada Ki Hadjar atau Raden Mas Suwardi Suryaningrat atas keberaniannya melawan gurita imperialisme Belanda belanda di tanah air sebelum kemerdekaan. Hari nasional ini kemudian ditetapkan sebagai Hardiknas melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Lebih lanjut, umumnya peringatan Hardiknas kerap ditandai dengan upacara peringatan. Seperti yang diselenggarakan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember misalnya, pada pagi tadi menggelar upacara Hardiknas 2024, dan diikuti oleh segenap sivitas akademika yang berlangsung di depan Gedung Rektorat. Kamis, 2 Mei 2024.
Terpisah, Rektor UIN KHAS Jember, Profesor Hepni saat dikonfirmasi Jurnalis Humas mengatakan, bahwa memperingati Hardiknas seyogianya tidak cukup sekedar upacara seremonial saja.
Menurutnya, Hardiknas adalah upaya mengulang semangat mencerdaskan anak bangsa. Di samping sebagai amanah konstitusi, pendidikan yang layak bagi anak bangsa adalah investasi yang amat bernilai demi kelangsungan hidup di masa depan yang lebih baik.
Di tengah kesibukannya menjadi orang nomor satu di Perguruan Tinggi Islam Negeri di ujung timur pulau Jawa itu, Prof Hepni sapaan akrabnya, memaparkan sejumlah isu strategis berkaitan dengan masa depan pendidikan Islam di Indonesia. Sebagai guru besar di Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Islam, ia pun tak segan menawarkan empat model pendidikan Islam itu.
Tawaran tersebut, imbuh Prof Hepni, merupakan konsekuensi logis merespon isu-isu strategis yang tengah dia tekuni dalam waktu terakahir ini. Kata pria asal kelahiran Sumenep Madura itu menjelaskan, terdapat beberapa isu penting yang perlu dikembangkan. Mulai dari, penataan aspek fondasional, aspek operasional, dan aspek menejerial.
Ketiganya merupakan tugas krusial bagi segenap insan tenaga pengajar dan kependidikan untuk menambah performa pendidikan Islam agar semakin banyak diminati. Kendati tidak semudah membalikkan tangan, Dia mengaku optimis pendidikan Islam masa depan akan tiba pada puncak kejayaannya nanti.
Untuk mencapai itu, Prof Hepni menawarkan setidaknya 4 model pendidikan Islam masa depan, di antaranya; model pendidikan Islam berbasis humanistik demokratik. Sifat dari pendidikan model ini antara lain, Fleksibel, open minded, menolak berbagai bentuk otoritarian dan absolutisme, ‘liberal’ atau memandang bahwa manusia sejak awal memiliki kebebasan dan kemampuan untuk eksis dalam setiap perubahan.
Kemudian, model Kedua yaitu pendidikan Islam integralistik, merupakan model pendidikan yang memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh, kesatuan jasmani, sukmawi dan rohani, kesatuan intelektual, emosional dan spiritual, kesatuan pribadi dan sosial . Oleh karena itu pendidikan masa depan tidak boleh hanya fokus pada education for the brain, tetapi juga pada education for the heart.
Lalu, model ketiga yaitu pendidikan Islam Pragmatik. Prof Hepni menyebut, bahwa proses pendidikan mesti mampu mempersiapkan peserta didik yang mempunyai kemampuan beradaptasi, berelevasi dengan kemungkinan-kemungkinan masa depan agar tetap survive.
Sementara yang terakhir, yaitu model pendidikan Islam idealistik. Model ini terinspirasi oleh manusia sebagai mahluk yang paling mulia dibanding mahluk lainnya. Manusia selalu membina sebuah konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan. Untuk mewujudkan tujuannya tersebut, model ini merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup dan kebudayaan yang sama sekali baru.
Tujuan utama dari pendidikan model ini adalah untuk membentuk manusia berguna, dan diharapkan dapat mengobati berbagai kekacauan, kegagalan, dan kehancuran hidup yang kerap dialami manusia.
Pewarta: Dahlan Nur Busri
Editor: Moh Nor Afandi