Mapala Palmstar UIN KHAS Jember Berperan di TWKM XXXIV : Dari Tapal Kuda, Seribu Langkah untuk Alam Indonesia
Humas - Suasana pegunungan Gawalise mulai membiru, dari beberapa dataran tertinggi, tampak kilauan Teluk Palu yang tenang, pantai yang hanya berjarak beberapa kilometer itu menyuguhkan panorama memesona, perairannya membentang luas, menyatu dengan langit pagi yang bergradasi jingga. Di dalam megahnya auditorium UNTAD, bendera Mapala Palmstar UIN KHAS Jember berkibar dengan tegap berjajar dengan bendera sejenisnya. Bukan sekadar simbol organisasi pecinta alam, melainkan lambang tekad dan semangat mahasiswa Tapal Kuda yang hadir dalam barisan perjuangan lingkungan nasional. Tahun ini, Palmstar mencatat sejarah sebagai satu-satunya delegasi dari wilayah Tapal Kuda Jawa Timur yang berpartisipasi dalam Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) Nasional ke-34, yang digelar di Universitas Tadulako, Palu, pada 25–31 Mei 2025.
TWKM sendiri merupakan forum pertemuan akbar seluruh Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) dari perguruan tinggi se-Indonesia. Kegiatan ini terbagi menjadi dua bagian utama: Temu Wicara dan Kenal Medan. Temu Wicara adalah ruang diskusi dan perumusan arah gerakan lingkungan mahasiswa, membahas berbagai isu pelestarian lingkungan hidup, dan sinergi antar organisasi. Sementara itu, Kenal Medan menjadi arena eksplorasi dan pengembangan minat bakat dalam kegiatan alam bebas seperti pendakian, panjat tebing, susur gua, paralayang, dan lainnya. Delegasi tahun ini mencapai sedikitnya 300 orang dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Palmstar mengutus dua delegasi dalam kegiatan ini: Muhammad Rizal Almaliki, yang duduk dalam forum Temu Wicara, dan Moh. Kevi Kailila Afif yang mengikuti sesi Kenal Medan. Nama pertama tak asing lagi dalam dinamika gerakan mapala nasional. Rizal, mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam semester enam ini, kembali menunjukkan kapasitasnya setelah sebelumnya menjadi Koordinator Tim Perumus dalam TWKM ke-34. Tahun ini, ia kembali dipercaya untuk duduk dalam Tim Perumus TWKM mendatang.

Keterangan: Muhammad Rizal Almaliki (pojok kanan) dan Moh. Kevi Kailila Afif (pojok kiri). (foto: Humas UNTAD)
Tema besar yang diangkat tahun ini, “Peran Mahasiswa Pecinta Alam dalam Keadilan Ekologi di Indonesia,” menjadi panggilan moral yang kuat bagi seluruh peserta. Dalam setiap sesi, para delegasi berdiskusi tentang isu-isu lingkungan yang terjadi di daerah. Tak hanya menjadi ruang tukar ide, forum ini juga menjadi pemicu kolaborasi nyata antar daerah.
Partisipasi Palmstar bukan hanya tentang representasi wilayah, tetapi tentang membawa narasi lokal ke dalam forum nasional. Dari Jember, mereka membawa isu-isu Tapal Kuda, kususnya mengangkat isu Jember 1000 gumuk, aset ekologi yang menjaga keseimbangan ekosistem lokal kini kian tergerus karena tambang. Semua itu mereka artikulasikan dalam forum Temu Wicara, dengan semangat dialogis dan konstruktif.
Secara khusus, Rizal menegaskan pentingnya keterlibatan aktif mahasiswa mapala dari berbagai daerah dalam membaca dan merespons isu-isu lingkungan dan mengangkatnya di dalam forum TWKM. “Jangan hanya diam melihat isu lingkungan di sekitar kita yang tiap hari kian tergerus, karena sejatinya kita (mapala) adalah bagian dari lingkungan itu,” ungkapnya.
Wakil Rektor III UIN KHAS Jember, Dr. Khoirul Faizin, M.Ag., menyambut pencapaian ini dengan rasa bangga dan haru. “Bangga, inspiratif. Ini adalah bukti bahwa anak-anak kita mampu berkontribusi di level nasional. Harapannya, prestasi ini bisa menjadi energi positif bagi mahasiswa lainnya untuk mengambil peran—tak hanya di ruang kelas, tapi juga di medan pengabdian dan pelestarian lingkungan,” ujarnya.
Di sisi lain, pengalaman Moh. Kevi Kailila Afif dalam forum Kenal Medan juga tak kalah mengesankan. Menyusuri medan ekstrim di Kota Lima Dimensi. “Menjelajah Gunung Tambusisi, mengeksplor Gua Wira dan Menyelam di Tanjung Karang. Dari situ kami belajar tentang keselamatan, kerja sama tim, dan menghormati alam sebagai guru terbaik,” ujar mahasiswa Prodi Perbankan Syariah semester delapan tersebut.
Sebagai satu-satunya utusan Tapal Kuda, Palmstar tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga pembawa gagasan dan semangat perubahan. Dari Jember untuk Indonesia, mereka telah mengambil satu langkah penting: meletakkan dasar partisipasi aktif mahasiswa dalam upaya keadilan ekologi.
Dengan penunjukan sebagai bagian dari tim perumus TWKM selanjutnya, Palmstar kini memegang peran strategis untuk mengarahkan wajah gerakan mahasiswa pecinta alam tahun depan. Langkah kecil mereka hari ini, adalah lompatan besar untuk masa depan alam Indonesia.
Penulis: Cahya FM
Editor: Moh. Nor Afandi




